Setelah lama vacum dari aktifitas
blogger karena kesibukan yang melanda (padahal sih bukan sibuk tapi sok
sibuk hehe), rasanya saya kangen sekali
untuk berbagi kebaikan lewat blog ini. Oleh karenanya di tengah aktifitas yang
padat, saya mencoba menyempatkan diri
untuk menulis sebuah artikel dengan tema yang sangat menarik yaitu “Menjadi
Ahli Dan Pejuang Al-Qur’an”. Isi dari
tema ini diambil dari sebuah tausyiah yang saya ikuti di Masjid El-Nusa Jakarta
Selatan dengan pembicara DR. Amir Faisol Fath. Silahkan dibaca, diresapi dan jangan lupa di
amalkan ya....! semoga bermanfaat.!
Di dalam surat Ar-Rahman Allah menyebutkan nikmat-nikmat yang Allah berikan
kepada mahluknya yaitu manusia. Setelah Allah mendeklarasikan bahwa Dia adalah
tuhan yang Rahman (Pengasih) ,Allah memberi rangking-rangking atas nikmatnya. Yang
pertama kali disebutkan ialah nikmat (علم
القران)telah
mengajarkan Al-qur’an kemudian (خلق
الانسان) telah
menciptakan manusia dan seterusnya. Nikmat penciptaan manusia masih dibawah nikmat Al-Quran karena Tanpa
Al-Qur’an manusia tidak akan ada artinya/tidak ada gunanya, ibarat HP tanpa
Al-Qur’an manusia hanya tinggal kesingnya saja ia tidak akan bisa digunakan
untuk berkomunikasi. Oleh karena itu tema “Menjadi Ahli Dan Pejuang Al-Qur’an” merupakan
sebuah tema yang sangat penting untuk kita ketehui. Dalam pembahasan tema ini
ada beberapa kosa kata yang perlu kita perhatikan. Kosa kata itu adalah
“menjadi” , “Ahlu Al-Qur’an” dan “Pejuang Al-Qur’an”.Dan kita akan membahasnya
satu persatu dari kosa kata tersebut.
1. Kata “Menjadi”
Kata “Menjadi” mempunyai arti sebuah
proses/perjuangan. Seseorang yang tidak mempunyai apa-apa kemudian ia berjuang
dalam sebuah proses untuk mempunyai sesuatu. Maka proses dari tidak mempunyai
apa-apa sampai ia mempunyai sesuatu itulah yang disebut dengan kata “menjadi”. Karena
“menjadi” adalah sebuah proses maka ada beberapa syarat agar sebuah proses itu
dapat berhasil. Syaratnya adalah sebagai berikut :
a)
الارادة
القوية (kemauan yang kuat)
Kemauan sangat menentukan keberhasilan dari sebuah
proses. Seseorang yang mempunyai kemauan yang kuat maka ia akan dapat mencapai
tujuannya. Sebagai contoh adalah seorang sahabat yang bernama abdurrahman bin
auf. Ia adalah sahabat yang pandai berbisnis walaupun ia tidak pernah belajar
pada sebuah universitas yang terkenal ,namun karena adanya kemauan yang
kuat Abdurrahman bin auf bisa menjadi seorang pebisnis ulung sampai-
sampai dikatakan “ kalau seandainya kamu memberikan debu kepada abdurrahman bin
auf lalu ia pergi kepasar maka Ia akan
kembali dengan membawa untung “. Kita
ketahui bahwasanya Abdurrahman bin auf adalah seorang yang dermawan ia sekali
berinfakkan 100 ekor unta yang pada masa
itu 100 ekor unta merupakan harta yang
paling dibanggakan bagi masyarakat Arab. Begitu juga dengan abu bakkar
as-shiddiq yang tidak pernah belajar politik di universitas hebat namun karena
adanya kemauan yang kuat ia menjadi seorang pemimpin yang hebat.
b)
التضحية
(berkorban)
Tidak ada hidup tanpa pengorbanan artinya dalam hidup
harus ada pengorbanan .oleh karenanya dalam mencapai sebuah tujuan manusia harus rela untuk berkorban. Allah
swt bangga terhadap Nabi Ibrahim karena siap berkorban untuk Allah swt. Nabi
ibrihim disuruh untuk memindahkan anak dan istrinya ke tempat yang tidak ada
penghidupan sama sekali. Sebagai ayah tentunya ia tidak akan tega meninggalkan
anak dan istrinya di tempat yang kering tidak ada penghidupan namun karena ini
perintah Allah maka ia mengorbankan anak dan istrinya. Setelah Nabi Ismail
besar tentunya sebagai seorang ayah Nabi Ibrahim merasa senang karena anaknya
kini sudah tumbuh dewasa . Namun Allah mengujinya lagi dengan menyuruh untuk
menyebelih anaknya. Karena ini perintah Allah Nabi Ibrahimpun rela mengorbankan
anaknya untuk disebelih. Karena ketaatannya
Allahpun mengganti nabi ismail dengan domba. Karena rasa bangganya Allah
dengan pengorbanan Nabi ibrahim maka Allah memberikan sebuah hari dalam satu
tuhun yang bernama hari Idul Adha (hari pengorbanan). Oleh karenanya seorang
yang ingin “menjadi” harus berkorban jika tidak mau berkorban maka ia tidak ada
gunanya (adanya seperti tidak ada).
c)
الطويل النفس (nafas yang panjang /tidak mudah menyerah)
Untuk bisa “menjadi” maka seorang harus bernafas
panjang atau tidak mudah menyerah.
2. Kata “ Ahlu Al-Qur’an”
اهل (ahlun) artinya keluarga. Menjadi Ahlul Al-Qur’an artinya menjadi keluarga
Al-Qur’an,hidup bersama Al-Qur’an , merasa indah bersama Al-Qur’an,tidak pernah
bosan dangan Al-Qur’an dan merasa bangga
dengan Al-Qur’an. Untuk menjadi ahlul Al-Qur’an ada tiga syarat yaitu :
a)
التلاوة
(membaca)
Artinya harus selalu membaca Al-Qur’an. Tapi bukan
hanya sekedar membaca namun kita harus bisa menikmati . untuk bisa menikmati kita
harus memperhatikan hal hal berikut :
1)
Membaca harus dengan kaidah
tajwid
Agar bisa
menikmati dalam membaca Al-Qur’an maka harus menggunakan kaidah tajwid dengan
benar.
2)
Menggunakan irama
Dalam menggunakan irama jangan dibuat-buat atau
gunakan sesuai dengan fitrahnya masing-masing karena irama Al-Qur’an adalah
irama fitrah manusia.
b)
الحفظ
(menghafal)
Menghafal Al-Qur’an tempatnya di dada ( فى الصدور ) lain dengan menghafal matematika yang
tempatnya di otak.
c)
العمل
(mengamalkan)
Mengamalkan ajaran Al-Qur’an artinya kita harus
melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
3. Kata “Pejuang Al-Qur’an”
Untuk menjadi
pejuang Al-Qur’an ada 2 syarat yaitu :
a)
الفهم
(paham)
Untuk bisa memahami Al-Qur’an maka kita harus memahami
bahasa arab karena Al-Qur’an menggunakan bahasa arab. Oleh karenanya Imam Ibnu
Taimiyyah mengatakan bahwa belajar bahasa arab hukumnya wajib sebab memahami Al-Qur’an
hukumnya wajib dan Al-Qur’an menggunakan bahasa arab oleh karenanya Al-Qur’an
tidak bisa dipahami kecuali dengan bahasa Arab.
Seseorang yang paham Al-Qur’an maka ia akan bisa
berjuang karena bisa memberi kepahamannya kepada orang lain. Sebaliknya orang
yang tidak paham Al-Qur’an jika berjuang
maka ia akan sesat dan menyesatkan.
b)
الدعوة
(berdakwah)
Untuk menjadi pejuang Al-Qur’an maka harus berdakwah
(mengajak kepada ajaran Al-Qur’an). Berdakwah tidak identik dengan ceramah namun berdakwah juga bisa dalam
perbuatan.
No comments:
Post a Comment