Saturday, April 6, 2013

KISAH NABI ISMAIL AS.



Kenabian Ismail

Allah menyebutkan tentang kenabian Ismail dengan firman Nya:” Dan ceritakanlah di dalam Al- kitab, bahwa Ismail, adalah seorang yang menepati janji, seorang Rasul dan Nabi.”

Kelahiran Ismail

Setelah Ibrahim kembali dari mesir ke palestina bersama istri dan hamba sahaya istrinya yang bernama Hajar, Ibrahim menginginkan seorang anak. Kemudian ia berdo’a kepada Allah agar dikarunia seorang anak yang shaleh: “ Wahai Tuhan ku, berilah aku anak yang saleh.”
Nampaknya Sarah merasakan apa yang terlintas di hati Ibrahim, maka ia berkata: “ sesungguhnya Tuhan mengharamkan anak dariku, maka aku berpendapat

Hijrah Ke Wadi Mekah

supaya engkau kawin dengan sahayaku Hajar, barangkali Allah memberimu anak darinya.”
Karena sarah sudah lanjut usia dan tidak bisa diharapkan untuk menghasilkan anak, maka Ibrahim kawin dengan Hajar yang kemudian menurunkan Ismail sebagaimana yang di turunkan dalam kitab kejadian.
Adapun Ismail, aku telah mendengar perkataanmu mengenai dia, dan inilah aku memberkatinya, mengembangkan serta memperbanyak dengan jumlah yang banyak sekali, yaitu melahirkan dua belas pemimpinn dan aku menjadikannya satu umatyang besar.( Fasal 17 ayat 20 )
Ini adalah berita gembira mengenai umat Muhammad, karena sesungguhnya Muhammad adalah keturunan Ismail. Begitu pula bangsa Arab hijaz dan janji yang tidak terwujud dalam keturunan Ismail,kecuali melalui Muhammad Saw. Dan umatnya.

Setelah Ibrahim mendapat anak bernama Ismail dari istrinya Hajar, maka sarah meminta Ibrahim agar meninggalkannya karena kecemburuannya membuat ia tidak bisa hidup bersama Hajar. Ibrahim mengabulkan keinginannya karena suatu hal yang dikehendaki Allah, maka Allah mewahyukan kepada Ibrahim agar membawa Hajar dan Ismail yang masih menyusu pergi bersama-sama ke mekah.
Dengan bimbingan Allah mereka tiba di suatu tempat yang kering dan tandus, yaitu tempat dimana akan di bangun ka’bah.
Ibrahim menurunka Hajar dan anaknya di tempat yang kering dan tandus dan tidak ada air dan kemudian meninggalkan keduanya.
Maka Hajar mengikutinya dengan sedih dan berkata:” Kemanakah engkau pergi? Apakah Allah menyuruhmu melakukan hal ini?.”
Ibrahim menjawab.” Ya “
Hajar berkata:” Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Memancarnya Air Zam-Zam

Hajar mematuhi perintah Allah dengan sabar. Ia makan dari bekalnya dan minum dari air yang di tinggalkan Ibrahim sampai habis.
Maka hauslah ia dan putranya. Hajar terus memandang putranya yang kehausan, sehingga ia tidak tahan memandang pemandangan yang menyedihkan ini.
Hajar bangkit dan kebingungan, ia berlari-lari kecil dan hampir kehilangan kesadarannya.
Ia naik ke suatu tempat tertinggi bernama shafa,barangkali melihat air tetapi ternyata ia tak melihat apa-apa.
Kemudian ia pun turun dan berlari-lari kepayahan sampai tiba di suatu tempat tinggi yang lain bernama marwah.
 Ia memandang dari tempat itu barangkali melihat sesuatu,kemudian kembali lagi ke shafa, lalu memandang lagi berangkali melihat sesuatu.
Hal itu dilakukan hingga tujuh kali.
Kemudian pada terakhir kalinya ketika tiba di marwah,ia mendengar suara, lalu ia menoleh dan tiba-tiba berdiri seorang malaikat di tempat sumur zam-zam yang menggali sayapnya hingga tampak air.
Hajar menyaksikan pemandangan yang mengesankan ini, maka iapun diliputi rasa gembira, kemudian mulailah ia mengambil air itu dan memberi minum anaknya serta mengenyangkan dirinya.
Ketika air itu memancar tertariklah burung-burung ke situ dan serombongan suku jurhum sedang berjalan di tempat ini, maka ketika mereka melihat burung berputar-putar di sekitarnya.
Mereka saling bertanya: “ Sesunggihnya burng ini terbang di dekat air apakah kamu ketahui di sekitar sini ada air? “
Mereka menjawab : “ Tidak “
Kemudian mereka mengirim salah seorang dari mereka untuk menyelidiki kabar itu.
Orang itu segera kembali kepada rombongan dengan membawa kabar gembira tentang adanya air, lalu mereka datang kepada Hajar seraya berkata : “ Bila engkau kehendaki kami akan tinggal bersamamu untuk menghiburmu dan air itu adalah airmu. “
Maka Hajarpun menyambut mereka dan mereka pun tinggal di dekatnya hingga Ismail menjadi dewasa dan kawin dengan perempuan jurhum dan belajar bahasa arab.

Pengorbanan Ismail

Ibrahim meninggalkan anaknya di makkah, akan tetapi ia sering menjenguknya. Pada salah satu kunjungan Ibrahim melihat dalam tidurnya, bahwa Allah menyuruhnya menyembelih putranya Ismail. Mimpi nabi-nabi adalh benar, karena ia sama dengan wahyu dari Allah.
Oleh karena itu Ibrahim bertekad untuk melaksanakan perintah Allah itu.
Ibrahim menceritakan hal itu kepada anaknya Ismail yang hanya satu-satunya pada saat itu.
Maka ismail menjawab:” Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan engkau akan mendapati aku sebagai orang-orang yang sabar dan rela terhadap kehendak Allah itu.”
Setelah keduanya sepakat dan bertekad melaksanakan perintah Allah, maka Ibrahim membaringkan putranya dengan wajah tertelungkupagar ia bisa menyembelih dari belakang dan tidak memandang wajah anaknya ketika menyembelih.
Ibrahim mulai menyembelih, namun pisaunya tidak mempan, dan ketika itu Allah berseru kepadanya: “Hai Ibrahim, berhentilah menyembelih anakmu, telah cukup ujian dan kami telah mendapai pada dirimu ketaatan dan kesegaran dalam melaksanakan perintah Tuhanmu.
Ini adalah ujian besar yang nyata yang telah kami ujikan terhadap imanmu dengannya, sehingga kamu termasuk orang-orang yang beruntung, maka ambillah kibas ini dan sembelihlah sebagai tebusan bagi putramu.”

Siapakah Anak Yang Di Sembelih Itu?

Al-Qur’an memuat bahwa anak yang disembelih itu adalah Ismail, karena ia menyebut kisah anak yang disembelih, kemudian Allah mengabarkan kepada Ibrahim akan kedatangan Ishaq.
“Dan kami kabarkan kepadanya akan kedatangan Ishaq sebagai nabi dan ia termasuk orang-orang yang saleh.”
Pemberitaan kedatangan Ishaq sesudah kisah penyebelihan, jelas Ishaq bukanlah anak yang di ujikan kepada Ibrahim untuk menyembelihnya.
Adapun orang yahudi mengaku, bahwa yang disembelih adalah ishaq.
Kitab kejadian menyebutkan, bahwa anak yang disembelih itu  dan memulai penyebutannya dengan menyebut kecintaannya dengan perkataan Tuhan kepada Ibrahim:” Ambillah putramu satu-satunya yang engkau cinta  Ishaq, dan pergilah ke negri mauriya.” ( fasal 22, ayat 2)
Imam ibnu katsir menjawab pengakuan ini, bahwa lafad  Ishaq disini adalah kata yang disisipkan, karena ia bukanlah satu-satunay, akan tetapi ia adalah Ismail bapak bangsa arab yang mendiami  Hijaz dimana Rasulallah diturunkan. Sedangkan Ishaq adalah bapak ya’kub yang bernama Israel dimana nasab yahudi berasal.
Mereka ingin mengalihkan kemulian ini kepada mereka, maka merekapun menyelewengkan kalam Allah dan menambah sesuatu didalamnya.

Ibrahim Dan Ismail Membangun Ka’bah

Ibrahim tinggal di tempat yan gjauh dari putranya dan lama tak berjumpa, kemudian ia datang kepada putranya untuk suatu urusan besar, yaitu Allah telah menyuruh untuk membangun ka’bah di makkah, agar dijadikan rumah pertama yang di bangun untuk beribadah kepada Allah.
Ibrahim datang menemui [utranya dan menceritakan maksudnya untuk membangun ka’bah, sebagaimana diperintahkan Allah kepadanya. Ismail menjawab: “ Laksanakanlah apa yang diperintahkan Tuhan kepadamu, dan aku akan membantumu dalam urusan besar ini.” Maka mulailah keduanya membangun ka’bah hingga selesai, dan tempat Ibrahim berdiri kala itu dikenal dengan maqam Ibrahim.
Kemudian Allah Swt. memberi wasiat kepada Ibrahim dan Ismail untuk membersihkan rumah tersebut
(ka’bah) dari kotoran dan syirik serta penyembahan berhala, supaya ia suci bagi orang-orang yang bertawaf dan beritikaf di dalamnya untuk beribadah, serta orang-orang yang rukuk dan sujud kepada Allah.
Sebagaiman Al-Qur’an mengisyaratkan kepada do’a nabi Ibrahim yang berdo’a kepada Tuhannya agar menjadikan negri dimana rumah itu dibangun, sebagai negri yang aman dan memberikan rizki kepada penghuninya yang beriman kepada Allah dan hari akhir berupa buah-buahan di bumi dan kebaikan-kebaikan yang lain.
Allah telah mengabukan do’anya dengan memberitahukan kepadanya, bahwa Allah tidak kikir dalam memberi rizki kepada orang-orang kafir di dunia, akan tetapi pada hari kiamat ia akan menimpakan siksa kepada mereka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Allah telah menjadikan makkah negri yang aman, barang sispa yang mengganggunya maka Allah akan membinasakan, sebagaimana Allah telah mencurahkan riki atasnya, maka terdapat segala buah-buahan di situ dari negri-negri lain.
Akhirnya Allah mengisyaratkan pembangunan ka’bah oleh Ibrahim dan Ismail  dan peninggian pondamen-pondamennya, sedang keduanya berdo’a dengan kusyu’ kepada Allah supaya berkenan menerima kerajaan besar ini dari mereka.

No comments:

Post a Comment