Thursday, May 30, 2013

STANDAR KEINDAHAN DALAM ISLAM


Perhatian islam terhadap rasa estetika sangat mendalam , karena manusia adalah mahluk yang cenderung menyukai keindahan. Namun islam tidak ingin manusia terjerumus kedalam jurang kenistaan hanya lantaran kecenderungan dirinya, yang seringkali unsur hawa nafsu manusia  dapat mendominasi dirinya untuk melampiaskan dan menyalurkan kecenderungannya. Justru islam mengarahkan kecenderungan manusia, dengan syiar ”keindahan harus bermuara dari yang maha indah”

Rasulullah bersabda :” sesungguhnya Alah itu indah dan menyukai keindaham”( hr. muslim , ibnu majah , imam ahmad)

Perhatikan bukti keindahan Allah swt. Pada mahluk ciptaan Nya.
Tentang manusia “ …..Dia membentuk rupamu dan memperbagus rupamu….” ( Q.s At-thagaabun 3 )

Tentang hewan :” dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, untuk kamu tunggangi dan ( menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang kamu tidak ketahui. ( Q.S. An Nahl 8 )

Tentang bintang-bintang : “ dan sungguh kami telah menciptakan gugusan bintang  di langit dan menjadikannya terasa indah bagi orang yang memandang nya ( Q.S. Al Hijr 12 )

Jelasnya , ketika memberikan perhatian besar pada rasa estetika bagi kehidupan manusia, agar bermuara dari sumber keindahan yaitu Allah swt. Sebagai pencipta segala yang indah, maka wajah dan wijhah (orientasi) muslim tegak berdiri diatas minhaj Robbani. Karena allah tidak menerima  bentukamalan apapun yang tidak bercirikan  (baik dan indah), seperti penegasan Rasulallah saw. Dalam sabdanya :”sungguh Allah itu baik,tidak menerima selain yang baik-baik.(H.R. muslim)

Thursday, May 9, 2013

HADIST ARBAIN KE 13

                                                                 

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Kita hidup dalam masyarakat yang sangat majemuk. Perbedaan banyak kita temukan di sekitar kita. Karena itu, kita harus dapat saling menjaga diri dalam menjalani hidup di tengah masyarakat yang sangat heterogen.
Keberagaman yang ada membuat kita harus senantiasa menjalin silaturahmi dengan orang lain. Jangan sampai perbedaan menghalangi kita untuk menjalin persaudaraan, karena dengan persaudaraan, kita dapat lebih siap untuk hidup bermasyarakat. Terlebih lagi persaudaraan yang terjalin antar sesama muslim, yang biasa kita kenal dengan nama ukhuwah islamiyah. Hal ini sudah diajarkan oleh Rasulullah saw.
Namun sayangnya, kepentingan dan ketamakan akan dunia telah melemahkan, bahkan menghancurkan ukhuwah islamiyah yang ada. Lihat saja di sekitar kita, berapa banyak orang yang rela menindas saudaranya sendiri demi ambisinya untuk mengeruk kekayaan dunia. Bahkan tidak sedikit yang menggunakan cara-cara yang kotor agar ambisinya tercapai, termasuk mengotori dirinya dengan perbuatan dosa.
Padahal, banyak dalil yang mencela tindakan orang-orang yang menzolimi saudaranya sesama muslim. Dan bukankah Rasulullah saw sendiri telah menganjurkan bagi kita untuk memperkuat tali persaudaraan? Sebab dengan kuatnya jalinan persaudaraan sesama muslim, maka islam akan menjadi lebih kuat dan jaya, Insya Allah.

B.  Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini , diharapkan pembaca dapat mengambil ilmu yang ada di dalamnya, atau menjadi bahan rujukan ketika pembahasan di forum diskusi, syi,ar atau yang lainnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.








BAB 11   PEMBAHASAN HADIST
UKHUWAH   ISLAMIYAH
 

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (Riwayat Bukhori dan Muslim)
A. MARAJI’UL HADIST
1. shahih bukhari : kitabul iman, bab an yuhibba li akhihi... hadist nomor 13
2. shahih muslim : kitabul iman , bab min khisholil iman .... hadist no 45
3. sunan an nasa’i : al-iman , bab ‘alamatul iman. (8/115)
4. sunan at-tirmidzi : shifatul qiyamati, bab walikin ya handhalah....hadist no 2517
5. sunan ibnu majah, hadist nomor 167

B. AHAMIYATUL HADIST ( URGENSI HADIST )
 Imam nawawi menyebutkan bahwa Abu muhammad abdullah ibnu abi zaid ( seorang ulama besar mazhab maliki di maroko ) berkata ; “siklus kebaikan terletak pada empat hadist, yaitu :
Satu    : “ barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah kebaikan atau diam “
Dua    : “ diantara tanda kesempurnaannya iman seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak mendatangkan manfaat”
Tiga      :  “ jangan marah”
Empat :”tidaklah beriman seorang diantara kalian , hingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri”
Inilah barang kali yang mendorong imam nawawi memuat ke empat hadist tersebut dalam kitab Al -Arba’in “empat pulh hadist”
Al-jurdani , dalam syarahnya terhadap Al-Arbain, mengatakan bahwa hadist satu dari dasar-dasar islam.

C. FIQHUL HADIST ( KANDUNGAN HADIST )
1. perintah untuk bersatu dan berkasih sayang
Hadist ini dapat kita artikan bahwa seorang muslim harus  mempunyai rasa kasih sayang dan  ikatan persaudaraan sesama muslim, yang disatukan oleh akidah islamiyah atau lebih sering dikenal dengan ukhuwah islamiyah.  
Hadis ini juga mengaitkan iman dengan masalah sikap hati dalam hal ini yaitu mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri. Mencintai orangpun ditentukan bobotnya oleh Rasulullah  saw yaitu sama dengan mencintai dirinya sendiri. Mungkin  ini akan terasa sangat berat dan sulit dilaksanakan, namun jika iman itu benar−benar ada dan hidup dalam jiwa,maka yang berat dan sulitpun bisa dengan sangat mudah  terealisir.
Konsep kepedulian sosial dalam Islam sungguh cukup jelas dan tegas . Bila diperhatikan dengan seksama, dengan sangat mudah kita dapat temukan masalah-masalah kepedulian sosial ini terdapat dalam bidang akidah dan keimanan , tertuang jelas dalam syari’ah serta jadi tolak ukur dalam akhlak seorang mukmin.
1. DariDimensi Aqidah dan Keimanan
Iman kepada Allah merupakan rukun utama dan pertama dalam Islam. Bagaimana implikasi kepada Allah dijelaskan oleh Al−Quran dan hadis. Salah satunya berkaitan dengan kepedulian sosial.antara lain, misalnya daiam surah al−Anfal ayat 2-5:
Artinya: “Sesungguhnya orang−orang beriman itu hanyalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetar hatinya. (2) dan apabila dibacakan kepadanya bertambah keimanannya (3) dan mereka bertawakkal kepadanya. (4) Mereka yang melaksanakan sholat dan (5) menafkahkan sebagian harta yang diberikan kepada mereka…”
Jadi menafkahkan sebagian harta (ayat:5) untuk orang lain termasuk indikasi atau ukuran bagi keimanan sesorang dalam kehidupan ini.Hadis−hadis yang menekan hal ini juga cukup banyak antara lain Siapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamu/tetangga.
Dalam Islam, para pemberontak negara harus diperangi sampai habis total dan tuntas.Termasuk disini adalah mereka yang tak mau bayar zakat.Artinya tidak mau bayar zakat merupakan kesalahan besar di mata hukum Islam. Islam juga mewajibkan amar makruf nahi mungkar yang kesemuanya terkait dengan hukum dan segala konsekwensinya. Orang yang yang tidak memberi makan fakir miskin dapat terjerat vonis pedusta agama.

2. Dimensi Akhlak
Dalam Islam seseorang dianggap mulia, jika ia memelihara anak yatim, Orang yang paling disenangi Allah adalah mereka yang paling dermawan dan Orang−oarang yang berinfaq/bersedekah diberi ganjaran pahala sampai 70 x lipat. Dalam hadis Rasulullah disebutkan bahwa Allah akan selalu membantu hamba-Nya selama hamba tersebut membantu saudaranya. Pada hadis lain Rasulullah menyebutkan, bahwa bakhil itu sifat tercela dan pemboros itu adalah kawan−kawan setan.
Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan cinta yang paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan. Al-Qur’an menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai siksaan yang dijatuhkan Allah atas orang-orang yang kufur terhadap risalahNya dan menyimpang dari ayat-ayatNya. Sebagaiman firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Ma’idah:14:
Artinya: “Dan diantara orang-orang yang mengatakan:"Sesungguhnya kami orang-orang Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan diantara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan”.
Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari lapang dada dan cinta, Yaitu itsar. Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai. Ia rela lapar demi kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya orang lain. Ia rela berjaga demi tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi istirahatnya orang lain. Ia pun rela ditembus peluru dadanya demi selamatnya orang lain. Islam menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara sesama manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur, warna kulit, bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan.
Perjuangan Islam tidak akan tegak tanpa adanya ukhuwah islamiyah.Islam menjadikan persaudaraan dalam islam dan iman sebagai dasar bagi aktifitas perjuangan untuk menegakkan agama Allah di muka bumi. Ukhuwah islamiyah akan melahirkan rasa kesatuan dan menenangkan hati manusia. Banyak persaudaraan lain yang bukan karena islam dan persaudaraan itu tidak akan kuat dikalangan umat dewasa ini terjadi disebabkan mereka tidak memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu kurangnya mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah yang bersungguh-sungguh. Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.(Q.s. Al-Hujrat:10)

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah:"Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan diantara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang beriman".(Q.S. Al-Anfal:1)

Oleh karena itu untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :
1.Melaksanakan proses ta’aruf (saling mengenal).
Dalam surat(:AL-hujarat:13):”wahai manusia ! sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah maha mengetahui , maha teliti”
Adanya interaksi dapat lebih mengenal karakter individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dsb. Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran(Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan thd suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi/diikuti,dll. Dan pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap manusia tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukuhuwah islamiyah akan terganggu apabila tidak mengenal karakter kejiwaan ini.
2.Melaksanakan proses tafahum (saling memahami)
Saling memahami adalah kunci ukhuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka ukhuwah tidak akan berjalan. Proses ta’aruf/pengenalan dapat diprogram namun proses tafahum dapat dilakukan secara alami bersamaan dengan berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami maka setiap individu akan mudah mengatahui kekuatan dan kelemahannya dan menerima perbedaan. Dari sini akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan.
Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila seseorang selalu ingin dipahami dan tidak berusaha memahami orang lain. Saling memahami keadaan dilakukan dengan cara penyatuan hati, pikiran dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati manusia.
3.Melakukan At-Ta’aawun (saling tolong menolong).
“.............................dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaannya.”  (Q.S. Al-maidah:2)
Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan amal( saling Bantu membantu).
Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia adalah makhluk social yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain. Kebersamaan akan bernilai bila kita mengadakan saling Bantu membantu
4.Melaksanakan proses takaful (saling menanggung/senasib sepenanggungan)
Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi SAW dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi ek sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.
selain itu kita juga tidak boleh meelupakan hakekat ukhuwah islamiyah itu sendiri, ada empat poin yang harus kita ketahui yaitu:
1. merupakan Nikmat Allah
Dalam surat ali imrom :103 disebutkan yang  Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.

2. Perumpamaan tali tasbih
    Dalam surat Az-zukhuf :67: “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa”.
3. Merupakan arahan Rabbani
     Artinya: “Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Anfal:63)

4. Merupakan cermin kekuatan iman
    Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-hujurat:10)


2. Iman yang sempurna
Iman akan terealisasi dengan pengakuan dan pembenaran terhadap rububiyatullah ( bahwa Allah adalah pemelihara, pengatur , penjaga dan sebagainya )dan meyakini rukun iman yang lain, iman kepada malaikat kitab-kitab suci, para rasul , hari akhir qadha dan qodar.
Dalam hadist ini keimanan tidak dianggap kokoh dan mengakar dalam hati seorang muslim, kecuali ia menjadi manusia yang baik. Manusia yang jauh dari rasa egoisme dan rasa dendam. Kebencian dan kedengkian. Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan terhadap orang lain, sebagaimana ia menginginkan kebaikan dan kebahagian itu untuk dirinya sendiri. Lebih rincinya kesempurnaan iman tersebut akan terealisasi melalui hal-hal berikut :
a. mencintai kebaikan untuk saudaranya,sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri, dan membenci keburukan untuk saudaranya, sebagaimana ia membenci untuk dirinya sendiri. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa suatu ketika Mu’adz bin jabal bertanmya kepada Rasulallah saw. Perihal iman yang paling afdhal. Rasulallah bersabda, “ Agar seorang mencintai (kebaikan) untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri.”( h.r. Ahmad)
b. bersegera memberikan nasehat manakala saudaranya lalai.
c. segera memaafkan dan memenuhi hak saudaranya, sebagaimana ia juga ingin segera dipenuhi haknya.
Muslim meriwayatkan dari abdullah bin amru bin “ash ra, bahwa Rasulallah saw bersabda, “ barang siapa yang ingin agar dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam syuga, hendaklah ia mati dalam keadaan iman kepada Allah dan hari akhir, dan mendatangi orang yang suka didatangi.”
3. nilai lebih seorang muslim
Diantara kelebihan seorang muslim yang imannya sempurna adalah berharap agar kebaikan juga dimiliki oleh orang lain, yang muslim maupun non muslim. Artinya, berharap dan berusaha agar orang –orang kafir itu merasakan nikmatnya iman.
Rasulallah saw . bersabda : “ cintailah suatu (kebaikan) untuk orang lain, sebagaimana kamu mencintainya untuk dirimu, niscaya kamu menjadi muslim (yang baik). ( h.r. Tirmidzi)
4. berlomba dalam mendapatkan kebaikan
Berlomba-lomba dalam kebaikan merupakan kesempurnaan iman. Karenanya, seseorang yang ingin memiliki keimanan dan ketakwaan seperti yang dimiliki orang yang lebih shalih, bukanlah suatu aib atau hasad(iri hati). Bahkan sikap seperti ini merupakan refleksi kesempurnaan iman perbuatanyang diisyaratkan Allah swt. Dalam firmannya, “ dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” ( Al-Muthafifin:26)
Allah swt. telah menyatakan bahwa merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim supaya tegak dan teguh dalam melakukan kebaikan. dan tidak hanya sekedar maju dalam kebaikan,tetapi terus berupaya juga untuk saling mendahului satu dengan yang lain di dalam hal kebaikan. Sebab kebaikan itulah yang diantaranya membuat kita sebagai orang-orang yang paling baik.seperti dalam firman- nya.:
““Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”. (Q.S Al-bayyinah:7)
Para sahabatpun sangat antusiasme dalam kebaikan, kita bisa melihat bagaimana para sahabat Rasulullah saw. Dalam satu riwayat dikatakan bahwa pada suatu saat para sahabat yang kurang dari segi harta hadir di hadapan Rasulullah saw dalam corak mengadu dan mengeluh,  “Ya Rasulullah! sebagaimana kami  melakukan salat seperti itulah orang-orang kaya melakukan salat. Sebagaimana kami melakukan puasa seperti itu pulalah orang-orang yang kaya melakukan puasa juga. Sebagaimana kami berjihad, seperti itu pulalah orang-orang kaya melakukan jihad. Tetapi ya Rasulullah ada pekerjaan lebih yang mereka kerjakan. Mereka memberikan sedekah dimana kami yang karena ketidakmampuan kami tidak dapat melakukan itu. Beritahukanlah kepada kami suatu metode yang dengan melakukan  itu kami dapat menutupi kekurangan itu.”  Beliau saw bersabda, “Setiap selesai salat bacalah subhanallah 33 kali dan 33 kali alhamdulillah dan 34 kali allahu akbar.
Sahabah ini sangat gembira bahwa kini ia dapat setarap dalam kebaikan-kebaikan dengan para hartawan. Mereka mulai mengamalkan sesuai dengan cara ini, tetapi sesudah beberapa hari orang-orang kaya juga mengetahui akan cara ibadat seperti itu dan mereka juga mulai membaca  tasbih dan pujian seperti itu. Sahabat ini kembali hadir di hadapan Rasulullah saw lalu mereka mengeluh dan mengadu bahwa para orang kayapun kini mulai melakukan amal seperti ini juga dan mereka menyusul kami. Jadi Rasulullah saw bersabda bahwa apabila Allah memberikan taufik pada seseorang untuk melakukan kebaikan maka  bagaimana saya bisa mencegahnya.
Jadi perhatikanlah bagaimana semangatnya mereka untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Diantara mereka banyak terdapat para pebisnis, para hartawan, tetapi dengan adanya perintah Allah ‘berlombalah dalam kebaikan-kebaikan’ maka sedemikian rupa mereka berlomba melakukan amal baik itu sehingga sama sekali tidak ada batasnya.
Kemudian perhatikanlah, bagaimana Allah menghargai kebaikan-kebaikan mereka  baik secara personal sebagai  individu, muapun berjemaah atau kedua-duanya. Allah memberikan pada mereka sedemikian banyak berkah dan rahmat.
Jadi sebagaimana dalam hadis ini di bawah kekuatan daya pensucian Rasulullah saw,  para sahabat baik dia itu seorang yang kaya atau miskin mereka berupaya untuk mendahului satu sama lain dalam  puasa, jihad, sedekah-sedekah dan segala bidang kebaikan mereka berupaya berlomba satu dengan yang lain dalam kebaikan.
Maka sebagaimana antusiasme para sahabat dalam hal berlomba-lomba dalam kebaikan maka kitapun dituntut untuk memperlhatkan semangat yang sama.
5. Keimanan menciptakan masyarakat yang bersih dan berwibawa
Hadist ini merupakan dorongan bagi setiap muslim agar senantiasa membantu orang lain untuk melakukan kebaikan. Karena hal ini merupakan bukti dan tanda kebenaran imannya. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang bersih dan berwibawa. Bagaimanapun, ketika seorang mencintai suatu kebaikan untuk orang lain, tentu ia akan berbuat baik kepadanya.Dengan demikian akan timbul rasa kasih sayang diantara anggota masyarakat,kebaikan akan tersebar luas, kejahatandan kezaliman akan tersisih, dan terciptalah keharmonisan dalam setiap lini kehidupan. Mereka seolah satu hati, kebahagiaan saudaranya adalah kebahagiannya, kesedihan saudaranya adalah kesedihannya. Masyarakat seperti inilah yang seharusnya terbentuk dalam komunitas muslim,sebagai mana yang diisyaratkan oleh Rasulallah saw. Dalam hadistnya:”orang-ornag mukmin ,dalam kasih sayangnya , seumpama satu tubuh. Jika satu anggota tubuhnya sakit, maka anggota tubuh yang lain merasakan demam dan kurang tidur.” (h.r. Bukhari Muslim).
Jika ini yang terjadi,maka Allah akan memberi kepada mereka kewibawaan, kemuliaan ,dan kekuasaan di dunia. Sedangkan di akhirat ia akan mendapatkan pahala.
6. peritah membersihkan hati
Hadits ini  juga mengajarkan kita untuk membersihkan hati kita dari berbagai macam penyakit hati terhadap saudara sesama muslim salah satunya adalah hasad(iri hati), kerena orang yang hasad itu tidak mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya, bahkan ia mengharap hilangnya nikmat Allah dari saudaranya seislam. Para ulama berselisih dalam tafsir hasad, sebagian mereka mendefinisikan hasad adalah mengharap hilangnya kenikamtan dari orang lain. Sebagian ulama yang lain menyatakan, hasad adalah ketidak sukaan terhadap nikmat Allah atas orang lain. Ini lah yang dirajihkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika berkata: “Jika seorang hamba membenci kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain maka ia telah hasad kepadanya walaupun tidak sampai mengharap hilangnya nikmat tersebut hasad dapat mengurangi kesempurnaan iman..
7. iman senantiasa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.






BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
~Hadist ini menjelaskan bahwa Seorang mu’min dengan mukmin yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai saudaranya maka seakan-akan dia mencintai dirinya sendiri.dan itu merupakan syarat kesempurnaan iman dan Termasuk keimanan pula membenci untuk saudaranya apa yang dibenci untuk dirinya sendiri.
~ hadits ini mencela terhadap sikap egois, membenci orang lain, hasad dan balas dendam, karena orang yang di dalam hatinya terdapat semua sifat ini berarti tidak mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri, bahkan ia berharap nikmat yang Allah berikan pada saudaranya yang beriman itu hilang darinya.
~adanya anjuran untuk menyatukan hati.
~ jika Mengamalkan kandungan hadits ini akan menjadikan menyebarnya rasa cinta diantara pribadi-pribadi dalam satu masyarakat Islami dan akan saling tolong-menolong dan bahu-membahu sehingga akan tercipta masyarakat yang harmonis.
~ Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan
.
B. DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Dan Terjemahannya
Musthafa Dieb Al Bugha, Muhyidin Mistu : Al Wafi Syarah Kitab Arbain An –Nawawiyah ;