Tempat Kediaman
Dan Tuhan-Tuhan Kaum Tsamud
Al-Qur’an
tidak menentukan tempat-tempat kediaman kaum Tsamud, ia hanya diketahui dari
firman Allah :
“
Dan kamu Tsamud yang menggali batu-batu di gunung untuk mendirikan rumah-rumah dilembah”
Yaitu
bahwa tempat-tempat tinggal mereka di kawasan yang bergunugn-gunung atau di
dataran yang berbatu-batu, dan lembah-lembah yang tersebut dalam ayat diatas
adalah Wadil Qura, maka kaum Tsamud
tinggal di tempat-tempat ini. Sebagian ahli riwayat menetapkan di desa Al-Hijr
sebagai tempat dimana terdapat rumah-rumah kaum Tsamud. Mereka menyebutkan
disitu terdapat sebuah sumur yang bernama sumur Tsamud dan Rasulallah bersama
para sahabatnya pernah singgah di
situ pada waktu perang tabuk dan melarang
sahabat-sahabatnya minum airnya dan memasuki rumah-rumahnya.
Seruan Menyembah
Allah
Allah
mengutus nabi Shaleh as. Kepada kaum tsamud untuk mengajak menyembah-Nya dan
meninggalkan berhala-berhala seraya berkata : “ Hai kaumku, sembahlah Allah
saja dan jangan menyekutukan-Nya dengan seorang pun, Dialah yang telah
menciptakanmu dari tanah dan Dialah yang telah memudahkanmu memakmurkannya,
sebagaimana Dia menyediakan bagimu
sebab-sebab kemakmuran.”
Maka
apabila Allah telah memberikan karunia
yang besar ini kepada kamu, patuhlah dan wajiblah kamu meminta ampun kepada Nya
atas kesalahan-kesalahanmu dan bertobatlah kepada Nya. Sesungguhnya Dia sekat
darimu dan mengabulkan do’a hamba-Nya,
serta mengampuni dos orang yang bertobat, jika ia beriman kepada-Nya dan ikhlas
dalam do’anya.” (Q.S. Hud : 61)
Sifat
Berlebih-Lebihan Yang Mendustakan
Tsamud
mendustakan nabinya yang diutus oleh Allah Ta’ala dan menolak untuk menyembah
Allah dan bertakwa kepada-Nya. Sedangkan Shaleh adalah utusan yang bisa
dipercaya, tidak menghendaki upah dan balasan atas dakwahnya.
Adalah
sudah menjadi kebiasaan kaum Tsamud untuk berlebih-lebihan dalam kenikmatan
tubuh, berupa makan dan minum serta
rumah-rumah yang megah, maka nabi mereka mencela apa yang mereka lakukan dan
berkata kepada mereka :
“
Apakah kamu mengira bahwa Allah akan membiarkan kamu dalam kenikmatan, dan kamu merasa aman dari
siksa-Nya ? sehingga kamu bisa bersenang-senang sekehendakmu dengan
kebun-kebun, mata air-mata air, tanaman-tanaman dan pohon-pohon kurma yang manis,
dan menggali gunung-gunugn untuk membuat rumah-rumah, kemudian kamu tidak
bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang besar ini?
Maka
takutlah kamu kepada Allah dan taatlah kepadaku dalam petunjuk yang kuberikan
kepadamu. Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang berlebihan dalam
menjalani kekafiran adan maksiat, berbuat kerusakan di bumi, serta tidak
berbuat kebaikan.
Kaum Tsamud
Meminta Mukjizat
Orang-orang
Tsamud tidak beriman kepada nasihat yang diberikan Shaleh dan tidak berjalan
diatas kebenaransebagaimana ia membimbing mereka, akan tetapi ia menuduhnya
mengigau dankena sihir akalnya, sehingga mengaku sebagai rasul Allah dan minta
darinya supaya mendatangkan mukjizat yang menunjukkan bahwa ia benar-benar
rasul Allah.
Maka
ia pun membawa unta yang diciptakan Allah secara khusus, menyuruh mereka supaya
tidak mengganggunya, tidak boleh menyiksa maupun mengusirnya dan tidak boleh
mengedarai serta tidak boleh menyembelihnya.
Allah
memberi minum baginya dalam satu hari tertentu dan memberi mereka pada hari
lainnyadan mengancam mereka dengan siksaan jika mereka mengganggunya, dan
keselamatan mereka dikaitkan dengan keselamatannya.
Allah
Swt. berfirman :
”Sesungguhnya
kami turunkan unta bertina sebagai ujian bagi mereka, maka nantikanlah mereka
dan bersabarlah. Serta beritahu mereka bahwa air itu dibagi antara mereka
setiap minuman menurut giliran
masing-masing.” ( Q.S. Al-Qomar 27-28 )
Penyebelihan
Unta
Para
pemuka Tsamud tidak tahan menghadapi orang-orang mukmin dan tidak pula
menyenangi adanya unta di antara mereka.
Mungkin
karena unta itu besar tubuhnya, sehingga menakutkan ternak-ternak mereka.
Mungkin juga dapat menghalangi mereka dari air ketika mereka sangat
memerlukannya, dan mereka takut orang-orang yang beriman akan bertambah banyak dengan
sebab unta itu.
Sehingga
mendorong mereka untuk membunuhnya, kendati ada ancaman ddari nabi mereka
berupa turunnya siksaan dan timbulnya kebinasaan atas mereka jika unta itu
diganggu.
Akan
tetapi mereka berani menyembelih unta itu tanpa mempedulikan ancaman, dan minta
kepada Nabi Shaleh untuk menyegerakan siksaan kepada mereka, serta untuk
memastikan bahwa ia adalah utusan Allah.
Dihadapkan
tantangan seperti ini, Shaleh memberitahu bahwa siksaan Allah pasti datang
kepada mereka sesudah tiga hari.
Allah
berfirman :
“Merekapun
terus menyembelih unta itu dengan mendurhakai perintah Tuhan mereka seraya
berkata : “ Hai Shaleh, datangkanlah apa yang engkau janjikan kepada kami jika engkau
benar-benar utusan Allah.” (Q.S. Al- A’raf : 77)
“Merekapun
menyembelih unta itu, maka berkatalah Shaleh : Bersenang-senanglah kamu di
rumahmu selama tiga hari, siksaan itu adalah janji yang tidak bisa didustakan
lagi.”(Q.S. Hud : 65)
Persekongkolan
Untuk Membunuh Shaleh
Di
dntara kaum Tsamud terdapat embilan orang laki-laki yang paling menunjukkan
kekafiran dan berbuat kerusakan di bumi, maka bersekongkolah mereka untuk membunnuh Dhaleh dan bersumpah akan membunuh
Shaleh dan keluarganya secara diam-diam.
Maka
apabila para pendukung Nabi Shaleh dan kerabatnya datang untuk mencari
pembunuh-pembunuhnya dan menuntut balas, merekapun akan menyangkal tuduhan itu
dengan menegaskan kepada mereka, bahwa mereka tidak menyaksikan pembunuhnya dan
tidak ikut serta dalam perbuatan itu.
Orang-orang
ini merencanakan persekongkolan untuk membinasakan Shaleh dan keluarganya.
Sementara Allah di belakang mereka
menghendaki keselamatan nabi-Nya dan keluarganya serta kebinasaan bagi
orang-orang yang bersekongkol ini dari tempat yang tidak mereka duga dan itdak
mereka rasakan. (Q.S. An-Naml: 48-52)
Kebinasaan
Tsamud
Adapun
kebinasaan Tsamud, dilakukan dengan petir, sebagaimana Allah Swt. berfirman:
“Maka
mereka pun disambar petir sedang mereka itu melihat.”
“Maka
tiba-tiba mereka merasakan goncangan yang hebat hingga matilah mereka di dalam
rumah mereka.” (Q.S. Al-A’raf:78)
No comments:
Post a Comment