Saturday, April 6, 2013

KISAH NABI ISMAIL AS.



Kenabian Ismail

Allah menyebutkan tentang kenabian Ismail dengan firman Nya:” Dan ceritakanlah di dalam Al- kitab, bahwa Ismail, adalah seorang yang menepati janji, seorang Rasul dan Nabi.”

Kelahiran Ismail

Setelah Ibrahim kembali dari mesir ke palestina bersama istri dan hamba sahaya istrinya yang bernama Hajar, Ibrahim menginginkan seorang anak. Kemudian ia berdo’a kepada Allah agar dikarunia seorang anak yang shaleh: “ Wahai Tuhan ku, berilah aku anak yang saleh.”
Nampaknya Sarah merasakan apa yang terlintas di hati Ibrahim, maka ia berkata: “ sesungguhnya Tuhan mengharamkan anak dariku, maka aku berpendapat

Hijrah Ke Wadi Mekah

supaya engkau kawin dengan sahayaku Hajar, barangkali Allah memberimu anak darinya.”
Karena sarah sudah lanjut usia dan tidak bisa diharapkan untuk menghasilkan anak, maka Ibrahim kawin dengan Hajar yang kemudian menurunkan Ismail sebagaimana yang di turunkan dalam kitab kejadian.
Adapun Ismail, aku telah mendengar perkataanmu mengenai dia, dan inilah aku memberkatinya, mengembangkan serta memperbanyak dengan jumlah yang banyak sekali, yaitu melahirkan dua belas pemimpinn dan aku menjadikannya satu umatyang besar.( Fasal 17 ayat 20 )
Ini adalah berita gembira mengenai umat Muhammad, karena sesungguhnya Muhammad adalah keturunan Ismail. Begitu pula bangsa Arab hijaz dan janji yang tidak terwujud dalam keturunan Ismail,kecuali melalui Muhammad Saw. Dan umatnya.

Setelah Ibrahim mendapat anak bernama Ismail dari istrinya Hajar, maka sarah meminta Ibrahim agar meninggalkannya karena kecemburuannya membuat ia tidak bisa hidup bersama Hajar. Ibrahim mengabulkan keinginannya karena suatu hal yang dikehendaki Allah, maka Allah mewahyukan kepada Ibrahim agar membawa Hajar dan Ismail yang masih menyusu pergi bersama-sama ke mekah.
Dengan bimbingan Allah mereka tiba di suatu tempat yang kering dan tandus, yaitu tempat dimana akan di bangun ka’bah.
Ibrahim menurunka Hajar dan anaknya di tempat yang kering dan tandus dan tidak ada air dan kemudian meninggalkan keduanya.
Maka Hajar mengikutinya dengan sedih dan berkata:” Kemanakah engkau pergi? Apakah Allah menyuruhmu melakukan hal ini?.”
Ibrahim menjawab.” Ya “
Hajar berkata:” Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Memancarnya Air Zam-Zam

Hajar mematuhi perintah Allah dengan sabar. Ia makan dari bekalnya dan minum dari air yang di tinggalkan Ibrahim sampai habis.
Maka hauslah ia dan putranya. Hajar terus memandang putranya yang kehausan, sehingga ia tidak tahan memandang pemandangan yang menyedihkan ini.
Hajar bangkit dan kebingungan, ia berlari-lari kecil dan hampir kehilangan kesadarannya.
Ia naik ke suatu tempat tertinggi bernama shafa,barangkali melihat air tetapi ternyata ia tak melihat apa-apa.
Kemudian ia pun turun dan berlari-lari kepayahan sampai tiba di suatu tempat tinggi yang lain bernama marwah.
 Ia memandang dari tempat itu barangkali melihat sesuatu,kemudian kembali lagi ke shafa, lalu memandang lagi berangkali melihat sesuatu.
Hal itu dilakukan hingga tujuh kali.
Kemudian pada terakhir kalinya ketika tiba di marwah,ia mendengar suara, lalu ia menoleh dan tiba-tiba berdiri seorang malaikat di tempat sumur zam-zam yang menggali sayapnya hingga tampak air.
Hajar menyaksikan pemandangan yang mengesankan ini, maka iapun diliputi rasa gembira, kemudian mulailah ia mengambil air itu dan memberi minum anaknya serta mengenyangkan dirinya.
Ketika air itu memancar tertariklah burung-burung ke situ dan serombongan suku jurhum sedang berjalan di tempat ini, maka ketika mereka melihat burung berputar-putar di sekitarnya.
Mereka saling bertanya: “ Sesunggihnya burng ini terbang di dekat air apakah kamu ketahui di sekitar sini ada air? “
Mereka menjawab : “ Tidak “
Kemudian mereka mengirim salah seorang dari mereka untuk menyelidiki kabar itu.
Orang itu segera kembali kepada rombongan dengan membawa kabar gembira tentang adanya air, lalu mereka datang kepada Hajar seraya berkata : “ Bila engkau kehendaki kami akan tinggal bersamamu untuk menghiburmu dan air itu adalah airmu. “
Maka Hajarpun menyambut mereka dan mereka pun tinggal di dekatnya hingga Ismail menjadi dewasa dan kawin dengan perempuan jurhum dan belajar bahasa arab.

Pengorbanan Ismail

Ibrahim meninggalkan anaknya di makkah, akan tetapi ia sering menjenguknya. Pada salah satu kunjungan Ibrahim melihat dalam tidurnya, bahwa Allah menyuruhnya menyembelih putranya Ismail. Mimpi nabi-nabi adalh benar, karena ia sama dengan wahyu dari Allah.
Oleh karena itu Ibrahim bertekad untuk melaksanakan perintah Allah itu.
Ibrahim menceritakan hal itu kepada anaknya Ismail yang hanya satu-satunya pada saat itu.
Maka ismail menjawab:” Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan engkau akan mendapati aku sebagai orang-orang yang sabar dan rela terhadap kehendak Allah itu.”
Setelah keduanya sepakat dan bertekad melaksanakan perintah Allah, maka Ibrahim membaringkan putranya dengan wajah tertelungkupagar ia bisa menyembelih dari belakang dan tidak memandang wajah anaknya ketika menyembelih.
Ibrahim mulai menyembelih, namun pisaunya tidak mempan, dan ketika itu Allah berseru kepadanya: “Hai Ibrahim, berhentilah menyembelih anakmu, telah cukup ujian dan kami telah mendapai pada dirimu ketaatan dan kesegaran dalam melaksanakan perintah Tuhanmu.
Ini adalah ujian besar yang nyata yang telah kami ujikan terhadap imanmu dengannya, sehingga kamu termasuk orang-orang yang beruntung, maka ambillah kibas ini dan sembelihlah sebagai tebusan bagi putramu.”

Siapakah Anak Yang Di Sembelih Itu?

Al-Qur’an memuat bahwa anak yang disembelih itu adalah Ismail, karena ia menyebut kisah anak yang disembelih, kemudian Allah mengabarkan kepada Ibrahim akan kedatangan Ishaq.
“Dan kami kabarkan kepadanya akan kedatangan Ishaq sebagai nabi dan ia termasuk orang-orang yang saleh.”
Pemberitaan kedatangan Ishaq sesudah kisah penyebelihan, jelas Ishaq bukanlah anak yang di ujikan kepada Ibrahim untuk menyembelihnya.
Adapun orang yahudi mengaku, bahwa yang disembelih adalah ishaq.
Kitab kejadian menyebutkan, bahwa anak yang disembelih itu  dan memulai penyebutannya dengan menyebut kecintaannya dengan perkataan Tuhan kepada Ibrahim:” Ambillah putramu satu-satunya yang engkau cinta  Ishaq, dan pergilah ke negri mauriya.” ( fasal 22, ayat 2)
Imam ibnu katsir menjawab pengakuan ini, bahwa lafad  Ishaq disini adalah kata yang disisipkan, karena ia bukanlah satu-satunay, akan tetapi ia adalah Ismail bapak bangsa arab yang mendiami  Hijaz dimana Rasulallah diturunkan. Sedangkan Ishaq adalah bapak ya’kub yang bernama Israel dimana nasab yahudi berasal.
Mereka ingin mengalihkan kemulian ini kepada mereka, maka merekapun menyelewengkan kalam Allah dan menambah sesuatu didalamnya.

Ibrahim Dan Ismail Membangun Ka’bah

Ibrahim tinggal di tempat yan gjauh dari putranya dan lama tak berjumpa, kemudian ia datang kepada putranya untuk suatu urusan besar, yaitu Allah telah menyuruh untuk membangun ka’bah di makkah, agar dijadikan rumah pertama yang di bangun untuk beribadah kepada Allah.
Ibrahim datang menemui [utranya dan menceritakan maksudnya untuk membangun ka’bah, sebagaimana diperintahkan Allah kepadanya. Ismail menjawab: “ Laksanakanlah apa yang diperintahkan Tuhan kepadamu, dan aku akan membantumu dalam urusan besar ini.” Maka mulailah keduanya membangun ka’bah hingga selesai, dan tempat Ibrahim berdiri kala itu dikenal dengan maqam Ibrahim.
Kemudian Allah Swt. memberi wasiat kepada Ibrahim dan Ismail untuk membersihkan rumah tersebut
(ka’bah) dari kotoran dan syirik serta penyembahan berhala, supaya ia suci bagi orang-orang yang bertawaf dan beritikaf di dalamnya untuk beribadah, serta orang-orang yang rukuk dan sujud kepada Allah.
Sebagaiman Al-Qur’an mengisyaratkan kepada do’a nabi Ibrahim yang berdo’a kepada Tuhannya agar menjadikan negri dimana rumah itu dibangun, sebagai negri yang aman dan memberikan rizki kepada penghuninya yang beriman kepada Allah dan hari akhir berupa buah-buahan di bumi dan kebaikan-kebaikan yang lain.
Allah telah mengabukan do’anya dengan memberitahukan kepadanya, bahwa Allah tidak kikir dalam memberi rizki kepada orang-orang kafir di dunia, akan tetapi pada hari kiamat ia akan menimpakan siksa kepada mereka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Allah telah menjadikan makkah negri yang aman, barang sispa yang mengganggunya maka Allah akan membinasakan, sebagaimana Allah telah mencurahkan riki atasnya, maka terdapat segala buah-buahan di situ dari negri-negri lain.
Akhirnya Allah mengisyaratkan pembangunan ka’bah oleh Ibrahim dan Ismail  dan peninggian pondamen-pondamennya, sedang keduanya berdo’a dengan kusyu’ kepada Allah supaya berkenan menerima kerajaan besar ini dari mereka.

KISAH NABI IBRAHIM AS.


Nabi Ibrahim adalah salah seorang nabi yang termasuk ulul azmi.
Ibrahim mempunyai kedudukan besar diantara para pemeluk agama-agama yahudi, masehi dan islam. Beliau dilahirkan dan di besarkan di negri babilon (iraq). Nabi Ibrahim as. Mempunyai ayah bernama Azar yang kafir,sedang ibunya adalah orang yang beriman secara diam-diam. ( menurut riwayat lain Azar bukanlah ayah Ibrahim, melainkan seorang yang dianggap ayah oleh Ibrahim )
Ibrahim dilahirkan dalam masa pemerintahan raja Namrud yang perkasa. Ia seorang penyembah berhala dan mengaku Tuhan, maka orang menyembahnya lantaran takut kepadanya.
Ketika Ibrahim menginjak dewasa iapun mengejutkan bapaknya dengan perkataannya :
“ Apakah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai Tuhan? Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
Kemudian Ibrahim berkata :”Hai kaumku,sembahlah Allah Tuhanmu.”
Ketika Namrud mendengar hal itu, iapun menghadirkan Ibrahim dan berkata kepadanya:”Akulah yang menciptakanmu dan memberi rizki kepadamu.”
Ibrahim menjawab: “Engkau berdusta, Tuhankulah yang menciptakan aku lalu memberi petunjuk kepadaku dan memberi makan serta memberi minum aku, dan apabila aku sakit Dialah yang menyembuhkan dan mematikan aku, kemudian menghidupkan aku dan yang ku harapkan untuk mengampuni dosaku pada hari kiamat.”
Ketika itu Namrud dan orang-orang yang bersamanya tercengang lantaran kagum atas kefasihan lidahnya, kemudian Namrud menoleh kepada Azar dan berkata:”Ambillah anakmu dan peringatkanlah ia dengan kekuatanku.”
Kemudian bapaknya mengambilnya dan memperingatkanya.
Maka berkatalah Ibrahim kepadanya:
“Hai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat serta tidak bemanfaat sedikitpun bagimu?.”
Maka bapaknya memarahi dan mencelanya.
Kemudian Ibrahim mendatangi berhala-berhala yang kesemuanya berjumlah 73 berhala, lalu memecahkannya dengan kapak dan tidak mengganggu berhala yang paling besar, akan tetapi ia menggantungkankapak itu di kepalanya lalu ia pergi.
Tatkala orang-orang datang kesitu,mereka pun mendapatinya dalam keadaan porak poranda. Mereka menduga pelakunya tidak lain adalah Ibrahim.
Mereka memberitahu Namrud yang sebelumnya mengaku Tuhandan gemar menyembah berhala. Maka ia pun menyeruh menghadirkan Ibrahim. Ketika ia hadir dihadapan Namrud, berkatalah Namrud dan kaumnya kepadanya:”Engkaulah yang telah melakukan hal initerhadap Tuhan-Tuhan kami, Hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab: “bukan, akan tetapi berhala yang paling besar diantara merekainilah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka jika mereka bisa berbicara.”
Tatkala ia memperhatikan bahwa mereka diliputi kebodohan, Ibrahim berkata:”Celakalah kalian dan berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, tidaklah kalian berfikir?”
Ketika mereka mendengar itu, tahulah mereka bahwa pelakunya Ibrahim. Mereka berkata:”Bakarlah dia dan tolonglah Tuhan-Tuhan kamu, jika kamu betul-betul menolong Tuhanmu.” Maka merekapun mengumpulkan kayu selama 3 bulansehingga menumpuk seperti gunung, lalu mereka menyalakan api di situ dan berkobarlahapinya, sehingga panasnya meliputi udara danmeliputi segenap penjuru.
Mereka membuang manjaniq (semacam meriam) dan meletakkan Ibrahim di dalamnya lalu melontarkannya ke dalam api, ternyata api itu menjadi dingindan menimbulkan keselamatan atas Ibrahim. Kemudian memancarlah didekatnya sebuah mata air dan tumbuh di sampingnya pohon delima.
Jibril datang kepada Ibrahim dan memberikan kenikmatan dan api itu tidak menimbulkan apa-apa di tubuhnya.
Maka banyak orang beriman kepadanya.
Ketika Namrud mengetahui hal itu, ia pun berkata:”Hai Ibrahim keluarlah dari negri kami.”

Hijrah Ibrahim Ke Mesir
 
Ibrahim menetap untuk sementara waktu di kota harran dengan putri pamannya sarah, akan tetapi ia tidak merasa senang di kota ini, karena penduduknya tidak memenuhi ajakannyadengan perkecualian luth dan beberapa gelintir pengikutnya.
Maka ia pun memutuskan untuk meninggalkan kota itu,Al-Qur’an mengisyaratkan kepada peristiwa itu dengan firman Allah Swt. ;
“Maka berimanlah kepada Luth dan ia berkata: Sesungguhnya aku akn berhijrah kepada Tuhanku, sesungguhnya Dia maha perkasa lagi maha bijaksana.”
Sebab dari hijrah ini terjadi permusuhan yang sangat hebat antara Ibrahim dan orang-orang yang berimandengan para penyembah berhala yang menolak mengikuti ajarannya supaya beriman kepada Allah
Ibrahim dan para pengikutnya berangkat menuju ke syam yang dulunya bernama kana’an. Maka tinggallah ia di situ selam waktu yang singkat.
Kemudian negri syam ditimpa bencana yang sangat hebat yang mengancamnya berupa kelaparan, maka penghuninya banyak yang pindah mencari rizki atau mencari ke tempat yang lain, termasuk Ibrahim pergi menuju ke mesir.

KISAH NABI SHLEH AS.



Tempat Kediaman Dan Tuhan-Tuhan Kaum Tsamud

Al-Qur’an tidak menentukan tempat-tempat kediaman kaum Tsamud, ia hanya diketahui dari firman Allah :
“ Dan kamu Tsamud yang menggali batu-batu di gunung untuk mendirikan rumah-rumah dilembah”
Yaitu bahwa tempat-tempat tinggal mereka di kawasan yang bergunugn-gunung atau di dataran yang berbatu-batu, dan lembah-lembah yang tersebut dalam ayat diatas adalah Wadil Qura, maka kaum Tsamud tinggal di tempat-tempat ini. Sebagian ahli riwayat menetapkan di desa Al-Hijr sebagai tempat dimana terdapat rumah-rumah kaum Tsamud. Mereka menyebutkan disitu terdapat sebuah sumur yang bernama sumur Tsamud dan Rasulallah bersama para sahabatnya pernah singgah  di situ  pada waktu perang tabuk dan melarang sahabat-sahabatnya minum airnya dan memasuki rumah-rumahnya.

Seruan Menyembah Allah

Allah mengutus nabi Shaleh as. Kepada kaum tsamud untuk mengajak menyembah-Nya dan meninggalkan berhala-berhala seraya berkata : “ Hai kaumku, sembahlah Allah saja dan jangan menyekutukan-Nya dengan seorang pun, Dialah yang telah menciptakanmu dari tanah dan Dialah yang telah memudahkanmu memakmurkannya, sebagaimana Dia menyediakan  bagimu sebab-sebab kemakmuran.”
Maka apabila Allah telah  memberikan karunia yang besar ini kepada kamu, patuhlah dan wajiblah kamu meminta ampun kepada Nya atas kesalahan-kesalahanmu dan bertobatlah kepada Nya. Sesungguhnya Dia sekat darimu  dan mengabulkan do’a hamba-Nya, serta mengampuni dos orang yang bertobat, jika ia beriman kepada-Nya dan ikhlas dalam do’anya.” (Q.S. Hud : 61)

Sifat Berlebih-Lebihan Yang Mendustakan 

Tsamud mendustakan nabinya yang diutus oleh Allah Ta’ala dan menolak untuk menyembah Allah dan bertakwa kepada-Nya. Sedangkan Shaleh adalah utusan yang bisa dipercaya, tidak menghendaki upah dan balasan atas dakwahnya.
Adalah sudah menjadi kebiasaan kaum Tsamud untuk berlebih-lebihan dalam kenikmatan tubuh, berupa makan dan minum  serta rumah-rumah yang megah, maka nabi mereka mencela apa yang mereka lakukan dan berkata kepada mereka :
“ Apakah kamu mengira bahwa Allah akan membiarkan kamu  dalam kenikmatan, dan kamu merasa aman dari siksa-Nya ? sehingga kamu bisa bersenang-senang sekehendakmu dengan kebun-kebun, mata air-mata air, tanaman-tanaman dan pohon-pohon kurma yang manis, dan menggali gunung-gunugn untuk membuat rumah-rumah, kemudian kamu tidak bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang besar ini?
Maka takutlah kamu kepada Allah dan taatlah kepadaku dalam petunjuk yang kuberikan kepadamu. Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang berlebihan dalam menjalani kekafiran adan maksiat, berbuat kerusakan di bumi, serta tidak berbuat kebaikan.

Kaum Tsamud Meminta Mukjizat

Orang-orang Tsamud tidak beriman kepada nasihat yang diberikan Shaleh dan tidak berjalan diatas kebenaransebagaimana ia membimbing mereka, akan tetapi ia menuduhnya mengigau dankena sihir akalnya, sehingga mengaku sebagai rasul Allah dan minta darinya supaya mendatangkan mukjizat yang menunjukkan bahwa ia benar-benar rasul Allah.
Maka ia pun membawa unta yang diciptakan Allah secara khusus, menyuruh mereka supaya tidak mengganggunya, tidak boleh menyiksa maupun mengusirnya dan tidak boleh mengedarai serta tidak boleh menyembelihnya.
Allah memberi minum baginya dalam satu hari tertentu dan memberi mereka pada hari lainnyadan mengancam mereka dengan siksaan jika mereka mengganggunya, dan keselamatan mereka dikaitkan dengan keselamatannya.
Allah Swt. berfirman :
”Sesungguhnya kami turunkan unta bertina sebagai ujian bagi mereka, maka nantikanlah mereka dan bersabarlah. Serta beritahu mereka bahwa air itu dibagi  antara mereka  setiap  minuman menurut giliran masing-masing.”  ( Q.S. Al-Qomar 27-28 )

Penyebelihan Unta 

Para pemuka Tsamud tidak tahan menghadapi orang-orang mukmin dan tidak pula menyenangi adanya unta di antara mereka.
Mungkin karena unta itu besar tubuhnya, sehingga menakutkan ternak-ternak mereka. Mungkin juga dapat menghalangi mereka dari air ketika mereka sangat memerlukannya, dan mereka takut orang-orang yang beriman akan bertambah banyak dengan sebab unta itu.
Sehingga mendorong mereka untuk membunuhnya, kendati ada ancaman ddari nabi mereka berupa turunnya siksaan dan timbulnya kebinasaan atas mereka jika unta itu diganggu.
Akan tetapi mereka berani menyembelih unta itu tanpa mempedulikan ancaman, dan minta kepada Nabi Shaleh untuk menyegerakan siksaan kepada mereka, serta untuk memastikan bahwa ia adalah utusan Allah.
Dihadapkan tantangan seperti ini, Shaleh memberitahu bahwa siksaan Allah pasti datang kepada mereka sesudah tiga hari.
Allah berfirman :
“Merekapun terus menyembelih unta itu dengan mendurhakai perintah Tuhan mereka seraya berkata : “ Hai Shaleh, datangkanlah apa yang engkau janjikan kepada kami jika engkau benar-benar utusan Allah.” (Q.S. Al- A’raf : 77)
“Merekapun menyembelih unta itu, maka berkatalah Shaleh : Bersenang-senanglah kamu di rumahmu selama tiga hari, siksaan itu adalah janji yang tidak bisa didustakan lagi.”(Q.S. Hud : 65)

Persekongkolan Untuk Membunuh Shaleh

Di dntara kaum Tsamud terdapat embilan orang laki-laki yang paling menunjukkan kekafiran dan berbuat kerusakan di bumi, maka bersekongkolah mereka untuk  membunnuh Dhaleh dan bersumpah akan membunuh Shaleh dan keluarganya secara diam-diam.
Maka apabila para pendukung Nabi Shaleh dan kerabatnya datang untuk mencari pembunuh-pembunuhnya dan menuntut balas, merekapun akan menyangkal tuduhan itu dengan menegaskan kepada mereka, bahwa mereka tidak menyaksikan pembunuhnya dan tidak ikut serta dalam perbuatan itu.
Orang-orang ini merencanakan persekongkolan untuk membinasakan Shaleh dan keluarganya. Sementara  Allah di belakang mereka menghendaki keselamatan nabi-Nya dan keluarganya serta kebinasaan bagi orang-orang yang bersekongkol ini dari tempat yang tidak mereka duga dan itdak mereka rasakan. (Q.S. An-Naml: 48-52)

Kebinasaan Tsamud

Adapun kebinasaan Tsamud, dilakukan dengan petir, sebagaimana Allah Swt. berfirman:
“Maka mereka pun disambar petir sedang mereka itu melihat.”
“Maka tiba-tiba mereka merasakan goncangan yang hebat hingga matilah mereka di dalam rumah mereka.” (Q.S. Al-A’raf:78)

KISAH NABI HUD AS



Hud mengajak kaumnya ( kaum aad ) untuk menyembah Allah saja dan meninggalkan penyembahan berhala, karena itu adalah jalan untuk menghindarkan siksa pada hari kiamat.
“ dan kepada kaum aad kami utus kepada mereka Hud, ia berkata : Hai kaumku sembahlah Allah, tidaklah kamu mempunyai tuhan selain Dia, tidaklah kamu takut (kepada Allah)?” (Q.S. Al-A’raf : 65)
Kaum aad beranggapan bahwa berhala-berhala itu sekutu Allah dan bahwa mereka dapat memberi syafaat di sisi Allah, maka berkatalah Hud kepada mereka: kalian berdusta dalam anggapan ini, karena tidaklah patut disembah kecuali Allah sendiri.
“dan kepada kaum aad kami utus saudara mereka Hud,. Ia berkata : Hai kaumku sembahlah Allah, tidakkah kamu mempunyai tuhan selain Dia, kamu tidak lain adalah orang-orang yang berdusta.” (Q.S. Hud: 50)
Akan tetapi apakah pengaruh dakwah ini kepada kaum aad ?
Mereka menghina dan meremehkan Hud dan menganggapnya sinting, dungu dan berdusta, akan tetapi Hud menyangkal sifat-sifat ini pada sirinya seraya menjelaskan kepada mereka, bahwa ia adalah utusan dari Tuhan sekalian alam dan tidak menghendaki bagi mereka kecuali nasehat.

Mengingatkan Kenikmatan-Kenikmatan Allah

Hud meneruskan seruannya dengan berusaha memuaskan kaumnya dengan kembali ke jalan yang benar dan mengingatkan mereka akan kenikmatan-kenikmatan atas mereka.
Maka berkatalah Hud : “ Apakah kamu merasa heran kepada seorang yang menyampaikan petunjuk dari Tuhanmu untuk memberi peringatan kepadamu akan akibat buruk, dengan sebab kesesatan yang kamu jalani?
Tidakkah kalian ingat Allah telah menjadikan kamu mewarisi bumi sesudah lenyapnya kaum Nuh yang binasakan Allah lantaran dosa-dosa mereka,dan menambahi kamu dengan kekuatan di badan dan kekuasaan?.
Kenikmatan itu menghendaki kamu beriman kepada Alah dan bersyukur kepada-Nya, bukan untuk mengingkari Nya, maka nasihatku bagi kalian adalah agar kalian mengingat keutamaan Allah atas kamu. Mudah-mudahan kamu beruntung dengan kebahagian di dunia dan di akhirat. “
Akan tetapi kaum Hud tidak menunjukkan rasa syukur atas kenikmatan-kenikmatan Allah pada mereka, bahkan mereka tenggelam dalam sahwat-sahwat dan kesombongan di bumi.
Maka berkatalah Hud kepada mereka: “ mengapa kamu mendirikan bangunan-bangunan yang tinggiuntuk membnggakan diri, dan membangun istana-istana yang megah untuk menunjukkan orang-orang yang mengharapkan kekekalan di bumi, dan berbuat aniaya seperti penguasa-penguasa yang lalim dan tidak menyayangi ketika kamu marah, dan kamu melakukan hal itu dengan kekejaman orang-orang yang sombong?
Maka takutlah kamu kepada Allah dalam perkara yang diperintahkan Allah kepadamu dan takutlah kamu kepadaku untuk memenuhi petunjuk yang kuserukan kepadamu.
Hai kaumku takutlah kalian kepada Allah yang memberikan kebaikan-kebaikan yang mulia berupa putra-putri  dan binatang ternak, kebun-kebun dan mata air, maka janganlah kamu membalas kenikmatan-kenikmatan Allah dengan kekafiran dan kecongkakan serta kekuatan, sehingga siksaan Nya akan menimpa dan membinasakan kalian.” (Q.S  As-Syura: 128-135)

Seruan Bertobat

Hujanpun tertahan dari kaum Hud selama tiga tahun, setelah ia mengajak mereka untuk mengikuti petunjuk dan sesudah mereka menjauhinya, dan itu merupakan peringatan bahwa siksa Allah bakal menimpa atas mereka.
Dalam masa-masa ini Hud selalu menasehati kaumnya dan berkata kepada mereka:” Berdo’alah kepada penciptamu agar mengampuni dosa-dosa kalian yang lampau, kemudian kembalilah bertobat kepada Nya. Sesungguhnya jika kamu lakukan itu, maka Allah akan menurunkan hujan bagimu terus menerus, sehingga harta bendamu menjadi banyak, sebagaimana ia menambahi kamu kekuatan disamping kekuatanmu sendiri, dan janganlah kamu berpaling dari ajakanku dengan tetap berada dalam kekafirandan kejahatan.”
“ hai kaumku , mintalah ampun kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada Nya, maka Ia akan menurunkan hujan yang deras dari langit dan menambahi kamu kekuatan di samping kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat kejahatan. (Q.S> Hud :52)

Keselamatan Kaum Mukminin Dan Kebinasaan Orang-Orang Kafir

Setelah tertahannya hujan selama tiga tahun, datang perintah Allah untuk menurunkansiksaan atas kaum Hud seelah mereka mengingkari risalah nabi mereka dan terus menerus dalam kekafiran dan kesombongan. Kemudian Allah menyelamatkan Hud dan orang-orang yang berimandari siksaan itu dan membinasakan kaum yang berbuat kejahatan
Adapun keselamatan Hud dan pengikutnya yang beriman, dalam Al-Qur’an tidak di jelaskan. Sebagian ahli sejarah ber[endapat, bahwa keselamatan Hud adalah dengan menjauhi kaumnya setelah dakwahnya tidak diterima oleh kaumnya. Kemudian ia pergi bersama orang –orang yang beriman ke mekah dan tinggal disana sampai ia wafat dan di makamkan disitu.
Adapun bencana yang diturunkan kepada kaum aad, berupa angin kencang yang terus menerus selama tujuh malam delapan hari, sehingga binasalah mereka dan bertebaranlah mayat-mayat mereka di bumi seperti batang kurmayang tercabut dari akarnya dan binasalah mereka semua, tidak ada satupun yang hidup diantara mereka kecuali rumah-rumah mereka.
Allah Swt. berfirman:
“Adapun kaum Aad mereka itu dibinasakan oleh angin lmbubu yang sangat dingin dan  kencang. Dikirim kepada mereka selama tujuh malam delapan hariberturut-turut, lalukamu lihat kaum itu bergelimpangan seolah-olah mereka itu batang kurma yang tumbang dan kosong dalamnya. Apakah engkau melihat ada yang masih hidup di antara mereka.” ( Al-Haqqah 6-7)